Taktik Psikologis Angker Dipakai Pada Perang Di Masa Lampau
Perang bukan hanya soal tabrak senjata, tetapi juga soal tabrak seni administrasi psikologis. Kendati terkesan remeh, penggunaan seni administrasi psikologis tetap mempunyai dampak yang efektif dalam melemahkan semangat juang prajurit musuh. Penggunaan seni administrasi psikologis dalam perang diketahui sudah ada semenjak era Sebelum Masehi. Berikut ini ialah pola dari taktik-taktik tersebut.
Romawi di masa lampau dikenang sebagai salah satu kekaisaran terbesar di era Sebelum Masehi yang daerahnya membentang di atas tiga benua. Namun sebelum Romawi dapat sebesar itu, Romawi sempat harus berjibaku dengan Kerajaan Kartago yang terletak di Afrika Utara.
Salah satu jenderal Kartago yang paling populer ialah Hannibal Barca. Selama terlibat perang melawan Romawi, Hannibal dikenal sebagai sosok yang amat lihai dan merepotkan Romawi di banyak kesempatan.
Dalam Pertempuran Trebia pada tahun 218 SM misalnya, pasukan Hannibal memancing pasukan Romawi untuk menyeberangi Sungai Trebia dan kemudian menyergap pasukan Romawi di sana. Kemudian dalam pertempuran di Danau Trasimene setahun sesudahnya, Hannibal berhasil memanfaatkan sifat keras kepala yang dimiliki oleh jenderal Romawi.
Namun Hannibal sendiri bukanlah sosok tanpa cela. Saat hendak menyerang ibukota Romawi, ia membawa pasukan gajah untuk menyeberangi Pegunungan Alpen. Hannibal bermaksud memanfaatkan ukuran gajah yang besar untuk melemahkan semangat juang pasukan Romawi.
Siasat tersebut sayangnya tidak berjalan sesuai harapan. Karena gajah tidak terbiasa melintasi pegunungan yang bersuhu dingin, gajah-gajah tersebut keburu berada dalam kondisi lemah ketika balasannya berhadapan pribadi dengan pasukan Romawi.
Peluit Kematian Aztek
Aztek ialah nama dari suku bangsa yang pernah mendiami Meksiko. Saat kerajaan mereka masih berdiri, bangsa Aztek dikenal sangat gemar berperang biar orang-orang yang ditangkap oleh pasukan Aztek dalam perang dapat dibunuh dalam ritual dan dijadikan korban persembahan kepada yang kuasa Aztek.
Selain memakai senjata, pasukan Aztek diperkirakan juga memakai peluit khusus sebagai seni administrasi psikologis dalam perang. Sekitar 20 tahun yang lalu, tim arkeolog menemukan 2 peluit Aztek di Meksiko. Peluit tersebut ditemukan dalam kondisi sedang digenggam oleh kerangka insan yang dijadikan korban persembahan di kuil yang kuasa angin.
Peluit ini pada awalnya diduga hanya berfungsi sebagai mainan dan aksesoris semata. Namun penelitian lebih lanjut memperlihatkan kalau peluit ini aslinya dipakai untuk keperluan ritual dan perang. Karena dibuat sedemikian rupa, peluit ini ketika ditiup terdengar ibarat teriakan orang yang kesakitan.
Menurut mereka yang meyakini kalau peluit ini ialah alat untuk ritual, peluit ini dipercaya berfungsi sebagai pemandu bagi jiwa orang-orang yang sudah meninggal biar dapat mencapai alam baka.
Sementara kalau berdasarkan mereka yang meyakini kalau peluit ini ialah perangkat perang, peluit ini berfungsi sebagai pemberi tekanan psikologis kepada lawan. Karena peluit ini terdengar ibarat raungan orang yang sedang disiksa, peluit ini pun menciptakan musuh merasa gentar sehingga jadi lebih gampang untuk dikalahkan.
Peluit ini nampaknya juga dipakai untuk keperluan pengobatan. Kebetulan dokter Aztek diketahui memakai teknik bunyi ketika melaksanakan pengobatan pada pasiennya. Saat peluit ini dibunyikan, pendengarnya secara perlahan akan menjadi tak sadarkan diri layaknya orang yang sedang dibius.
Timur Lenk atau Tamerlane ialah nama dari panglima perang asal Uzbekistan yang hidup pada kurun ke-14. Semasa hidup, Timur dikenal sebagai sosok yang amat ditakuti alasannya ia tidak segan-segan memakai seni administrasi yang terkesan sadis dan tidak manusiawi untuk melemahkan semangat juang musuh-musuhnya.
Yang lebih hebat, laki-laki kelahiran tahun 1336 tersebut memimpin pasukan dan kerajaannya dengan badan yang setengah lumpuh sambil menunggang kuda. Pada masa jayanya, kerajaan yang dipimpin oleh Timur daerahnya meliputi Asia Tengah, Iran, Afganistan, dan sebagian India.
Selama melaksanakan kampanye militer dan penaklukan, Timur bertanggung jawab atas tewasnya 17 juta orang alias sekitar 5 persen dari populasi penduduk dunia pada masa itu. Seolah membunuh lawannya saja belum cukup, Timur juga memerintahkan pasukannya untuk mengumpulkan tengkorak lawan dan menimbunnya menjadi piramid kecil setiap kali berhasil menaklukkan suatu kota.
Kota Baghdad yang kini menjadi ibukota negara Irak menjadi pola dari kekejaman Timur. Setelah menaklukkan kota tersebut, Timur membunuh 90 ribu penduduk Baghdad dan mendirikan 120 piramid keicl yang terbuat dari tengkorak mereka. Di India, Timur membantai penduduk Delhi dan menghancurkan kota tersebut. Butuh waktu hingga seabad bagi Delhi untuk memulihkan diri pasca invasi yang dilakukan oleh Timur.
Timur juga pernah terlibat perang melawan Ottoman. Setelah berhasil mengalahkan pasukan Ottoman dan menangkap sultannya, Timur mengurung sultan di dalam kandang dan kemudian memparadekannya. Selain bertujuan untuk mempermalukan sang sultan, seni administrasi ini juga akan menawarkan rasa gentar pada raja-raja lain alasannya kalau mereka berani melawan Timur, mereka mungkin akan bernasib ibarat sultan.
Genghis Khan ialah panglima perang yang menjadi otak di balik berdirinya Kekaisaran Mongol. Pada masa jayanya, wilayah Kekaisaran Mongol membentang mulai dari Cina hingga Eropa Timur dan Asia Barat.
Metode berbasis teror menjadi metode yang lazim dipakai oleh Genghis dan pasukannya untuk mengalahkan lawan-lawannya. Saat ada kota yang enggan tunduk kepadanya, kota tersebut beserta seisinya akan pribadi dihabisi oleh pasukan Genghis biar tidak ada kota lain yang berani mengambil perilaku serupa.
Kota Merv menjadi pola dari kota yang bernasib malang. Setelah ditaklukkan oleh pasukan Mongol, Genghis memerintahkan biar 400 penduduk kota tersebut dipenggal sebelum kemudian mengkremasi habis kota Merv hingga rata dengan tanah.
Genghis juga kerap memakai tipuan untuk mengelabui pasukan musuh. Ia kerap menaruh boneka di atas sejumlah kuda biar pasukannya terlihat berjumlah jauh lebih banyak dibandingkan jumlah aslinya.
Taktik pasukan Mongol yang paling populer ialah berpura-pura mundur. Saat berpapasan dengan musuh, pasukan Mongol akan mundur secara sengaja biar pasukan musuh mengejar. Saat pasukan musuh sudah mencapai lokasi tertentu dalam kondisi sudah kelelahan, pasukan Mongol lain yang sudah disiagakan di sana kemudian pribadi menyergap dan membantai habis pasukan musuh.
Jika bicara soal sosok terkejam dalam sejarah Eropa Timur, Vlad III ialah salah satu yang paling terkenal. Saat masih kecil, putra ningrat Rumania tersebut dipaksa hidup di bawah pengawasan Ottoman pada kurun ke-15. Namun ketika dirinya sudah beranjak besar, Vlad melarikan diri dari Ottoman untuk memberontak.
Ottoman terang tidak tinggal membisu melihat pengkhianatan yang ditunjukkan oleh Vlad. Maka, Ottoman pun kemudian mengirim pasukan untuk mengalahkan Vlad. Namun Vlad dan pasukannya berhasil mengalahkan mereka dan kemudian memancapkan mayat-mayat tentara Ottoman pada tiang. Tujuannya ialah biar prajurit Ottoman yang masih hidup merasa gentar alasannya mereka mungkin kelak juga bakal bernasib sama.
Merasa geram dengan tindakan Vlad, Sultan Mehmet II pun kemudian memimpin sendiri pasukan Ottoman. Saat sultan balasannya berhasil memasuki ibukota kerajaan Vlad, sultan pribadi disambut dengan pemandangan mayat-mayat yang sudah membusuk dan tertancap pada tiang.
Taktik psikologis yang dipakai oleh Vlad tersebut lantas menciptakan dirinya dikenang sebagai salah satu sosok panglima perang tersadis yang pernah ada. Sampai-sampai dirinya dijadikan sumber pandangan gres untuk aksara Drakula penghisap darah yang pertama kali muncul dalam novel karangan Bram Stoker di tahun 1897.
referensi:
https://www.carolinafearfest.com/the-gory-history-vlad-the-impaler-tepes/
https://www.carolinafearfest.com/the-gory-history-vlad-the-impaler-tepes/
https://listverse.com/2016/12/11/10-ancient-psychological-warfare-tactics/