Olah Raga Tradisional Sadis Dan Berbahaya
Olah raga merupakan bab yang tidak terpisahkan dari perjalanan sejarah manusia. Pasalnya olah raga dianggap sebagai cara untuk berekreasi sambil mengasah fisik. Namun di masa lampau, olah raga juga sanggup dipandang sebagai pertaruhan hidup dan mati tanggapan resiko kematiannya yang tinggi. Berikut ini yakni 5 pola olah raga tradisional yang dikenal sangat brutal dan tidak jarang meminta nyawa.
Pelota Purepecha
Pelota purepecha yakni nama dari olah raga yang dimainkan oleh penduduk orisinil Amerika Tengah sebelum kedatangan bangsa Eropa. Secara garis besar, olah raga ini mempunyai peraturan yang serupa dengan permainan hoki. Ada 2 tim yang saling berhadapan dan masing-masing pemain dilengkapi dengan tongkat kayu.
Saat permainan dimulai, pemain harus mencoba memasukkan bola ke garis yang ada di sisi lapangan lawan. Untuk merebut dan menggelindingkan bola, pemain memakai tongkat yang dibawanya. Dengan melihat klarifikasi di atas, maka sepintas olah raga ini nampak biasa saja. Namun itu gres permulaannya saja. Sahabat anehdidunia.com apa yang membuat permainan ini mempunyai kesan yang angker yakni alasannya yakni bola yang dipakai dalam permainan ini bukanlah bola biasa, melainkan bola yang sudah dilumuri dengan getah tanaman dan kemudian dibakar. Ya benar, permainan ini memang memakai bola api.
Karena permainan ini memakai bola api yang membawa, para pemain pun harus ekstra hati-hati ketika mencoba merebut atau membawa bola. Karena salah-salah, mereka bakal terluka tanggapan terkena jilatan api dari bola. Permainan ini hanya dimainkan pada malam hari alasannya yakni nyala bola mengakibatkan permainan ini jadi lebih menarik untuk ditonton.
Pelota purepecha merupakan permainan khas suku Purepecha yang kini sanggup ditemukan di Meksiko. Nasib olah raga ini sayangnya kini tidak begitu menggembirakan dan terancam musnah tanggapan ditelan perkembangan zaman. Untuk mencegahnya, pemerintah Meksiko pun ulet melaksanakan upaya pelestarian.
Buzkashi
Turk yakni sebutan untuk suku bangsa yang tersebar mulai dari negara Turki modern hingga tempat Xinjiang di sebelah barat Cina. Karena tempat yang ditinggali oleh suku Turk umumnya merupakan padang rumput yang luas, bangsa Turk pun dikenal sebagai bangsa pengembara yang amat terampil menunggangi kuda.
Kelihaian bangsa Turk dalam menunggangi kuda lantas menginspirasi mereka untuk membuat olah raga yang dimainkan di atas punggung kuda. Buzkashi yakni olah raga tersebut, di mana olah raga ini diperkirakan sudah mulai dimainkan semenjak kurun ke-10. Sekarang olah raga ini dikenal sebagai olah raga tradisional khas Afganistan.
Dalam buzkashi, ada 2 tim yang masing-masing pemainnya menunggang kuda layaknya polo. Namun jikalau permainan polo memakai kuda, maka buzkashi memakai bangkai kambing tanpa kepala sebagai pengganti bola. Kadang-kadang bangkai domba atau anak sapi juga dipakai jikalau tidak ada kambing yang tersedia.
Saat permainan berlangsung, kedua tim akan saling memperebutkan bangkai binatang tersebut dan mencoba membawanya ke sebuah lokasi di lapangan yang biasanya ditandai dengan lingkaran. Jika tidak berhati-hati, pemain sanggup mengalami cedera serius tanggapan terjatuh atau tertabrak oleh kuda.
Namun sisi brutal dari olah raga buzkashi masih belum berhenti hingga di sana. Masing-masing penunggang kuda dilengkapi dengan pecut untuk menyerang kuda atau bahkan penunggang kuda tim lawan. Karena dianggap terlalu brutal, olah raga ini pun sempat dihentikan oleh kelompok Taliban ketika mereka menjadi penguasa Afganistan.
He’e Holua
He’e holua dalam bahasa lokal suku Hawaii berarti “berselancar seluncur”. Olah raga ini mempunyai riwayat yang amat panjang alasannya yakni sudah dimainkan oleh penduduk orisinil Hawaii semenjak 2.000 tahun yang lalu.
Olah raga ini mempunyai metode permainan yang serupa dengan seluncur salju. Bedanya yakni permainan ini bukan dimainkan di puncak bersalju, melainkan di lereng gunung berapi. Perlengkapan yang dipakai untuk olah raga ini pun juga terkesan tradisional. Sahabat anehdidunia.com pemain tidak mengenakan perlengkapan keamanan dan hanya memakai papan yang terbuat dari kayu serta serat kelapa sebagai papan seluncurnya.
Saat hendak memulai permainan, para pemain akan mendaki gunung berapi terlebih dahulu. Begitu sudah hingga di ketinggian, pemain kemudian berseluncur ke bawah dengan posisi tengkurap atau dengan pose layaknya peselancar di laut.
Olah raga ekstrim ini merupakan bentuk penghormatan terhadap Pele, dewi api dan gunung berapi dalam kepercayaan tradisional masyarakat Hawaii. Saat papan meluncur ke bawah, papan tersebut sanggup mencapai kecepatan lebih dari 80 km/jam. Makara sanggup dibayangkan potensi cedera atau bahkan ajal yang dialami jikalau penerima hingga terjungkal atau papannya menabrak sesuatu ketika menuruni lereng.
Karena dianggap terlalu berbahaya, para misionaris Katolik yang menetap di Hawaii pun melarang olah raga ini semenjak kurun ke-19. Namun belakangan, olah raga ini mulai coba dihidupkan kembali oleh penduduk orisinil Hawaii yang ingin menjaga kelangsungan budaya khasnya.
Naumachia
Salah satu olah raga berdarah yang paling dikenal dari masa Romawi Kuno yakni gladiator, duel hingga mati yang digelar di arena Colosseum. Namun gladiator bukanlah satu-satunya olah raga mematikan yang dimiliki oleh bangsa Romawi Kuno. Naumachia yakni pola lain mengenai bagaimana buasnya selera olah raga yang dimiliki oleh bangsa Romawi.
Naumachia sendiri intinya yakni versi simulasi dari pertempuran antar kapal, namun olah raga ini tidak kalah mematikan dibandingkan pertempuran kapal yang sesungguhnya. Seperti halnya gladiator, olah raga ini juga dimainkan oleh para tahanan. Naumachia dimainkan di sebuah danau kecil yang dikelilingi oleh tribun penonton.
Dalam naumachia, ada 2 kapal atau lebih yang ditempakan dalam danau tadi. Begitu permainan dimulai, para awak dari kapal yang satu harus mencoba mengalahkan kapal musuh beserta semua awaknya. Permainan berakhir ketika salah satu kapal berikut awaknya berhasil dibunuh semuanya.
Naumachia pertama kali digelar pada tahun 46 Sebelum Masehi oleh Julius Caesar sebagai bentuk perayaan atas kejayaan militer Romawi. Pada tahun 52, naumachia digelar dengan melibatkan lebih dari 100 kapal dan 19.000 awak. Naumachia yang satu ini sekaligus naumachia terbesar yang pernah dilangsungkan oleh bangsa Romawi.
Perang Kapal Mesir Kuno
Bukan hanya bangsa Romawi yang mempunyai olah raga bertema pertempuran di atas kapal. Bangsa Mesir Kuno juga memilikinya. Dalam olah raga yang satu ini, ada 2 tim yang terdiri dari beberapa buah kapal dayung kecil. Saat permainan dimulai, masing-masing tim akan mencoba menjatuhkan lawannya dari atas kapal.
Dengan melihat metode permainannya tersebut, maka perkelahian antar tim pun menjadi pemandangan yang sangat lazim dijumpai dalam olah raga ini. Namun itu gres permulaannya saja. Supaya olah raga ini terasa semakin seru, hewan-hewan buas menyerupai buaya dan kuda nil juga dilepas di arena permainan. Jika ada pemain yang hingga jatuh ke air, pemain tersebut bakal eksklusif tewas tanggapan diterkam oleh hewan-hewan buas yang sudah menunggu di bawah.
Permainan penuh baku hantam ini merupakan permainan yang lazim dimainkan oleh kaum nelayan miskin Mesir Kuno. Permainan ini juga dipakai oleh penduduk Mesir Kuno untuk menuntaskan sengketa tanpa harus berperang.
Sumber :
https://listverse.com/2014/02/06/10-ancient-sports-that-are-completely-terrifying/