Gagasan Ilmiah Abnormal Scientist Untuk Menghentikan Pemanasan Global
Dewasa ini, pemasanan global menjadi topik lingkungan yang kian ramai diperbincangkan. Pasalnya fenomena ini bila dibiarkan dianggap bakal membawa ancaman bagi kehidupan umat insan di masa depan. Oleh alasannya itulah, kalangan ilmuwan pun berlomba-lomba melontarkan usulan mengenai tindakan apa yang sebaiknya diambil untuk menghentikan pemanasan global. Berikut ini ialah 5 pola gagasan ilmiah yang terkesan gila dan nyeleneh yang pernah dilontarkan untuk mengatasi pemanasan global.
Menabur Debu Asteroid
Panas yang ada di permukaan Bumi sebagian besarnya berasal dari cahaya Matahari. Kaprikornus dengan mengurangi jumlah sinar matahari yang mengenai permukaan Bumi, maka secara teoritis permukaan Bumi akan mengalami penurunan suhu dan pemanasan global sanggup diatasi.
Meskipun di atas kertas hal tersebut nampak sederhana, namun penerapannya di lapangan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Pasalnya hingga kini ilmuwan masih belum tahu metode apa yang sebaiknya dipakai untuk mengurangi paparan sinar Matahari ke permukaan Bumi.
Satu dari sekian banyak metode yang pernah diusulkan untuk mengurangi paparan cahaya Matahari ke Bumi ialah dengan cara menangkap asteroid raksasa, kemudian mengikisnya supaya debu dan serpihan yang tercipta sanggup menutupi cahaya Matahari. Sahabat anehdidunia.com bila metode ini jadi dijalankan dan berhasil, maka suhu permukaan Bumi akan menurun secara drastis.
Namun bila anda pernah melihat film-film fiksi ilmiah seputar asteroid, maka anda tentu tahu kalau metode ini mempunyai resiko dan kelemahannya sendiri. Sebagai contoh, bagaimana cara insan menemukan dan menangkap asteroid yang dimaksud? Kemudian bagaimana cara untuk membawa asteroid tersebut? Lalu apakah teknologi yang tersedia kini cukup memadai untuk melakukannya?
Bahkan kalaupun ilmuwan berhasil menangkap asteroid yang dimaksud dan membawanya ke erat Bumi, tidak menutup kemungkinan kalau asteroid tersebut kemudian malah bergerak menuju Bumi akhir tertarik oleh gravitasi Bumi. Singkatnya, usulan metode ini terlalu beresiko untuk dijalankan.
Menerangi Bulan
Wacana mengenai cara mengatasi pemanasan global tidak melulu hanya melibatkan Matahari. Manusia juga pernah mempunyai usulan untuk melibatkan Bulan demi mengatasi pemanasan global di Bumi. Bagaimana caranya?
Kaprikornus menurut usulan ini, bila permukaan Bulan dibentuk menjadi lebih mengkilap, maka intensitas cahaya Matahari yang dipantulkan oleh Bumi bakal meningkat sehingga malam nampak lebih terang. Dampaknya, tingkat konsumsi energi oleh insan pada malam hari menjadi berkurang sehingga diharapkan tingkat emisi karbon juga turut menurun.
Begitu usulan ini dirilis ke publik, kalangan ilmuwan beramai-ramai mengkritik usulan ini. Alan Robock salah satunya. Sahabat anehdidunia.com pakar iklim dari Universitas Rutgers ini beropini kalau menciptakan Bulan nampak lebih terperinci justru malah berpotensi menciptakan pemanasan global menjadi lebih parah akhir meningkatnya paparan cahaya Matahari di malam hari.
Alasan lain mengapa usulan menciptakan Bulan menjadi lebih terperinci nampak bermasalah ialah alasannya menciptakan Bulan lebih terperinci justru malah berpotensi menyebabkan dampak negatif pada manusia, contohnya terganggunya jam tidur.
Bahkan kalaupun usulan ini jadi dilaksanakan, masih perlu dipikirkan material apakah yang hendak dipakai untuk melapisi permukaan Bulan supaya menjadi lebih terang. Demikian juga mengenai pertimbangan biaya dan ketersediaan teknologinya.
Membuat Selimut Raksasa
Gletser ialah sebutan untuk sungai es yang banyak ditemukan di daerah Kutub. Meskipun gletser hanya menutupi 10 persen permukaan Bumi, glester mempunyai peranan yang amat penting dalam pemanasan global. Jika gletser di seluruh dunia hingga meleleh, maka permukaan air bahari akan mengalami kenaikan dan kota-kota besar yang terletak di tepi pantai tidak sanggup lagi dihuni akhir tenggelam.
Untuk mencegah supaya gletser di Bumi meleleh seutuhnya, ilmuwan Jason Box dari Universitas Negeri Ohio melontarkan usulan yang terdengar aneh. Ia mengusulkan semoga gletser-glester yang masih ada di Bumi ditutupi dengan lapisan selimut raksasa yang sanggup memantulkan cahaya Matahari.
Walaupun terkesan mengada-ada, Box mengaku terinspirasi untuk melontarkan usulan ini sehabis beberapa kali melaksanakan ekspedisi ke Pulau Greenland di erat Kutub Utara semenjak tahun 1994.
Pada tahun 2009, Box dan 3 orang ilmuwan bahkan sempat menciptakan selimut raksasa sungguhan dan menggelarnya di Greenland. Selimut raksasa tersebut mempunyai luas total 10.000 meter persegi dan terbuat dari polypropylene putih yang sanggup memantulkan cahaya Matahari.
Kalaupun usulan Box ini jadi dilaksanakan, tentunya dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk menciptakan selimut raksasa seluas itu dan merawatnya supaya tidak mengalami kerusakan. Box lantas menekankan bahwa usulannya ini termasuk usulan yang masuk nalar dari segi ekonomi bila dibandingkan dengan resiko tenggelamnya kota-kota besar di tepi laut.
Cermin Raksasa di Luar Angkasa
Sudah disinggung di awal-awal artikel kalau mengurangi paparan cahaya Matahari dianggap sebagai solusi paling efektif untuk mengatasi pemanasan global. Atas pertimbangan itulah, muncul gagasan gila untuk menempatkan cermin raksasa di luar atmosfer Bumi.
Pada tahun 2002, perusahaan Star Technology and Research mengusulkan pemasangat satelit buatan yang terdiri dari jalinan cermin raksasa. Tujuannya ialah supaya cahaya Matahari yang menuju ke Bumi sanggup dipantulkan kembali oleh cermin tadi. Menurut klaim mereka, metode ini sanggup mengurangi suhu di permukaan Bumi hingga 3 derajat Celcius.
Meskipun usulan mereka terdengar menjanjikan, namun usulan tersebut eksklusif menerima saingan dari kalangna ilmuwan yang lain. Lembaga Max Planck Institute for Meteorology berargumen kalau pemasangan cermin raksasa yang memantulkan cahaya Matahari justru malah sanggup mendatangkan imbas samping yang berbahaya bagi Bumi.
Efek samping yang dimaksud di antaranya ialah meningkatnya suhu di tempat Kutub, berkurangnya curah hujan, dan tidak meratanya distribusi panas dari cahaya Matahari. Kendala lainnya ialah kalaupun usulan ini jadi dilaksanakan, teknologi yang tersedia kini belum memadai untuk membangun dan meluncurkan cermin raksasa ini.
Membuat Tiruan Letusan Gunung
Sejarah insan mencatat peristiwa-peristiwa letusan gunung berapi yang dampaknya terasa secara global. Pada tahun 1991 misalnya, Gunung Pinatubo di Filipina pernah mengalami letusan hebat. Akibat letusan tersebut, debu-debu vulkanis yang terlontar ke atmosfer membantu memantulkan cahaya Matahari dan mengurangi dampak pemanasan global untuk sementara.
Pada kurun ke-19, Gunung Tambora yang terletak di Nusa Tenggara Barat juga pernah mengalami letusan hebat. Saking dahsyatnya letusan ini, suhu permukaan Bumi sempat mengalami penurunan drastis sehingga terjadi cuaca jelek di mana-mana. Sahabat anehdidunia.com kekalahan Napoleon dalam pertempuran terakhirnya di Eropa bahkan disebut-sebut terjadi akhir dampak dari letusan gunung ini.
Atas dasar itulah, sempat muncul tentang dari kalangan ilmuwan untuk menjiplak letusan gunung berapi. Maksud mereka bukanlah mencari gunung merapi dan meletuskannya, tetapi menciptakan tiruan dari efeknya.
Untuk keperluan ini, mula-mula pesawat akan melepaskan senyawa asam belerang ke atmosfer. Senyawa tadi kemudian akan bergabung dengan uap air untuk membentuk partikel-partikel kristal mini yang sanggup memantulkan cahaya Matahari. Dengan begitu, harapannya suhu di permukaan Bumi secara berangsur-angsur akan menurun dan pemanasan global biasa diatasi.
Namun usulan ini bukanlah tanpa kendala. Jika terhirup oleh insan dan hewan, partikel ini justru sanggup menyebabkan duduk kasus kesehatan baru. Kemudian bila partikelnya jatuh ke laut, akan terjadi peningkatan keasaman bahari sehingga terumbu karang akan mengalami janjkematian massal. Sebagai akibatnya, meskipun usulan ini nampak gampang dilaksanakan, usulan ini tidak terlaksana hingga sekarang.
referensi:
https://listverse.com/2016/05/22/10-crazy-scientific-proposals-that-make-you-question-scientists/
https://www.dw.com/id/letusan-tambora-berperan-dalam-kekalahan-napoleon-di-waterloo/a-45190970